Rabu, 05 November 2008

Pembiayaan BSM buat UKM

Namun, UKM masih menghadapi banyak kendala saat berhadapan dengan perbankan. Mayoritas pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah diserap oleh usaha kecil menengah (UKM). Presiden Direktur Bank Syariah Mandiri (BSM), Nurdin Hasibuan, mengatakan seluruh pembiayaan bank syariah mengarah pada sektor UKM.


''Untuk BSM sekitar 65 persen masuk UKM,'' ujar Nurdin pada acara penandatanganan kerja sama antara Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Swisscontact, sebuah LSM yang membantu program perluasan akses UKM kepada lembaga keuangan, di Jakarta, Senin (28/6). Nurdin mengatakan dengan mengarahkan pembiayaan pada UKM, bukan berarti bank yang dipimpinnya itu anti perusahaan besar. ''Jika ada yang besar dan kita mampu ya kita biayai juga.

'' Dia mengungkapkan, BSM juga membiayai proyek infrastruktur, pembelian kapal, perkebunan, dan lainnya dengan syarat semua proyek layak. Walaupun sebagian besar pembiayaan perbankan syariah ditujukan untuk UKM, dalam praktiknya UKM kerap menghadapi masalah saat berinteraksi dengan perbankan. Persoalan itu pun dirasakan saat UKM berhadapan dengan perbankan konvensional.

Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, R Maulana Ibrahim, daya serap sektor UKM terhadap kredit perbankan masih rendah. Dari Rp 42,3 triliun plafon kredit yang dijabarkan dalam rencana bisnis perbankan di Indonesia, baru terserap Rp 26,9 triliun atau sekitar 64 persen. Hal itu mengakibatkan perbankan masih memiliki LDR (rasio kredit dan dana pihak ketiga) yang rendah berkisar 40-50 persem. Maulana mengatakan ada beberapa kendala yang mengakibatkan penyaluran kredit kepada sektor UKM mengalami kendala.

Kendala tersebut, antara lain, skala kredit yang akan disalurkan kepada UKM tidak memenuhi skala ekonomis bagi pihak bank, terbatasnya syarat formal pinjaman kepada bank seperti perizinan dan lainnya serta kurangnya informasi tentang skim kredit perbankan yang sesuai dengan UKM. Maulana mengatakan kerja sama LSM dengan perbankan syariah merupakan alternatif yang sangat baik karena bank syariah bisa lebih lentur menerapkan imbal bagi hasil.

Di samping itu bank syariah menyediakan produk dan jasa yang khas seperti musyarakah dan mudharabah yang bisa bersama-sama membiayai dan mengelola suatu investasi. Nurdin Hasibuan menyebutkan, sektor UKM sulit memperoleh pembiayaan dari bank karena terkait jaminan. Di sisi lain sektor UKM juga mengalami keterbatasan kurangnya sistem informasi yang menggambarkan perjalanan usahanya. ''Dalam kondisi seperti itu, maka hubungan personal dan capability dari orang tersebut cukup menjadi pertimbangan.

Dalam kaitan ini kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat menjadi penting. Dengan LSM, bank membuat pola sejenis linkage kepada sektor UKM yang akan memperoleh pembiayaan. Bank akan menyalurkan pembiayaan kepada UKM lewat rekomendasi LSM. Di sisi lain LSM memberi pelatihan kepada pengelola UKM untuk membuat sistem informasi di antaranya laporan keuangan yang rapi. ''Dalam rangka inilah kita bekerja sama dengan Swisscontact,'' kata Nurdin lagi. Dengan kerja sama aspek penjaminan menjadi bukan yang paling penting dalam pengajuan pembiayaan kepada bank.

Peter Besseger, perwakilan Swisscontact di Indonesia mengatakan kesulitan akses UKM terhadap lembaga keuangan bukan masalah baru. ''Dua belas tahun lalu, ketika kami datang ke sini, masalah itu sudah hangat dibicarakan,'' katanya. Dia mengakui masalah ini tidak mudah dipecahkan. ''Perlu menggabungkan banyak kekuatan lembaga terkait untuk menemukan pendekatan yang bisa menyelesaikan masalah tersebut,'' katanya. Dalam 10 tahun terakhir, menurut Besseger, masalah akses UKM terhadap lembaga keuangan sudah berubah drastis.

Sebelum krisis moneter, dana bagi UKM bertumpu pada skim khusus yang difasilitasi Bank Indonesia. Pascakrisis, UU tentang Bank Indonesia melarang bank sentral menyalurkan kredit likuiditas dan juga mengelola kredit program yang bersumberkan dana dari negara donor. Kewajiban menyalurkan kredit kepada sektor UKM kemudian disalurkan lewat business plas perbankan. Setiap bank harus menyalurkan 20 persen dari portofolio kreditnya kepada sektor UKM. Dalam praktik, masih juga terjadi kesenjangan antara nasabah UKM dan lembaga keuangan.
''Penyaluran kreadit selalu dibangun atas dasar kepercayaan,'' tutur Besseger. Kepercayaan dibangun atas hubungan persolan. Jika tidak dikenal secara personal, maka kredit disalurkan atas dasar informasi lengkap tentang bisnis dan kemampuan nasabah melunasi pinjaman. Jika hal itu tak ada juga maka sepenuhnya kredit didasarkan pada agunan. ''Itu semua masalah UKM,'' kata Besseger. UKM mengahadapi masalah hubungan personal, informasinya tak lengkap, dan jaminan pun tak ada. Dalam hal ini Swisscontact menjadi pendamping UKM lewat program Business Development Service Provider sekaligus juga menjadi mediator UKM dengan pihak perbankan.

Republika(syariahmandiri.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar