Kamis, 08 Januari 2009

dukungan

palestina cry



Hari ini, Jumat 19 Desember 2008, kami berkumpul bersama di sini berkaitan dengan:

1.Kekejaman brutal rezim Zionis Israel terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza melalui penerapan blokade atas wilayah tersebut sejak pertengahan Juni 2007, yang sejauh ini telah mengakibatkan kematian ratusan pasien; penderitaan 75 persen anak-anak Palestina karena kekurangan gizi dan kelaparan; kehancuran ekonomi rakyat; dan terhalangnya bantuan-bantuan kemanusiaan untuk dapat memasuki Jalur Gaza.

2.Pernyataan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 9 Desember 2008 bahwa kebijakan-kebijakan rezim Zionis Israel terhadap rakyat Palestina dan blokade atas Jalur Gaza sebagai “KEJAHATAN ATAS KEMANUSIAAN” yang pantas diinvestigasi oleh Mahkamah Pidana Internasional (the International Criminal Court).

3.Kolusi internasional dan bungkamnya para pemimpin Arab terhadap tragedi kemanusiaan yang menimpa orang-orang tidak berdosa tersebut dan penderitaan manusia yang sangat parah ini.

Dengan demikian, hari ini adalah hari untuk memulai aksi demi mengakhiri semua kekejaman tersebut, dan untuk berbicara secara lantang dan penuh tekad bahwa kami:

1.Menyerukan kepada pemerintah Mesir untuk membuka perbatasan Rafah secara permanen karena penutupan perbatasan itu akan semakin memperparah penderitaan rakyat Palestina dan sama dengan dukungan Mesir bagi kejahatan-kejahatan Israel sehingga membuat Mesir harus bertanggung jawab atas segala penderitaan yang terjadi di Jalur Gaza;

2.Mendesak pemerintah Mesir untuk mengizinkan masuk pekerja-pekerja bantuan Internasional dan para aktivis serta pelapor khusus hak asasi manusia internasional ke Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah;

3.Mendesak pemerintah Mesir untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan rezim Zionis Israel, serta memperingatkan negara-negara Arab lainnya untuk tidak pernah mencoba membangun hubungan apa pun dengan rezim apartheid yang kejam itu; dan

4.Menyerukan kepada masyarakat Internasional untuk menyeret pemimpin-pemimpin Amerika Serikat dan Israel yang terlibat dalam setiap kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza ke hadapan Mahkamah Pidana Internasional untuk diadili.


Jakarta, 19 Desember 2008
VOICE OF PALESTINE
SMIQ (Solidaritas Muslimin Indonesia untuk al-Quds)

ISRAEL PEMBANTAI

Pesawat tempur Zionis Israel, Rabu (07/01), menghancurkan puluhan rumah warga Palestina di perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir. Ribuan warga yang rumahnya dibombardir Israel terlantar.

Para saksi mata mengatakan pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan serangkaian serangan udara secara massif ke rumah-rumah warga yang ada di perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir. Puluhan rumah hancur dan ribuan warga yang kehilangan rumah dan di sekitarnya eksodos khawatir terkena serangan.

Mereka ditampung di sejumlah pusat penampungan milik lembaga internasional. Sementara itu ada kekhawatiran yang meningkat pusat-pusat penampungan tersebut menjadi target bombardemen Israel sebagaimana yang terjadi pada 3 sekolah milik Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina “UNRWA" (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East), Selasa (06/01), yang menampung warga Palestina yang meninggalkan rumah-rumah mereka yang sudah hancur.

Disebutkan bahwa setelah pukul 4 sore, Rabu (07/01), kemarin, pesawat tempur Israel melanjutkan serangan udaranya ke Jalur Gaza, setelah menghentikan serangan selama 3 jam, dengan dalih untuk memasukan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Pesawat-pesawat helicopter Israel melepaskan sejumlah rudal ke berbagai lokasi di Jalur Gaza.

Sumber-sumber Palestina mengatakan pesawat tempur Israel menembakkan lebih dari satu rudal ke daerah kosong di kamp pengungsi Nusairat, wilayah tengah Jalur Gaza. Pesawat tempur Israel juga menembakkan ruda ke rumah-rumah warga Palestina di kampung Syabura di Rafah. (seto)

Gerakan Perlawanan Islam Hamas menganggap pengumuman penjajah Israel menghentikan serangan di sebagian wilayah Jalur Gaza hanya selama 3 jam, adalah langkah bodoh. Tujuannya adalah untuk menutupi kejahatan biadab yang dilakukan dan masih terus dilakukan terhadap warga sipil.

Anggota Biro Politik Hamas, Muhammad Nazal, dalam pernyataan pers, Rabu (07/01), mengatakan, “Ini adalah langkah bodoh. Karena tiga jam tidak cukup untuk gerak manusia bila tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada warga di Gaza membeli kebutuhan mereka. Meski kondisi di Jalur Gaza dalam suasana yang sangat tragis.”

Dia menambahkan, “Yang jelas tigas jam ini tidak lain untuk menutupi kejahatan penjajah. Ketika mereka melakukan gempuran terhadap gedung Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina “UNRWA”, yang menjadi tempat bernaung warga sipil karena mereka tidak mendapatkan tempat lain yang aman di rumah-rumah mereka. Mereka pergi bernaung di sekolah-sekolah UNRWA, namun ternyata pasukan Israel menggempurnya. Kami melihat jumlah korban meninggal dan terluka mencapai ratusan. Di sana lebih dari seratus syahid (gugur) dalam sehari.”

Nazal menegaskan, “Sama sekali tidak ada keselarasan antara kebiadban dan kejahatan ini dengan upaya pasukan Zionis Israel menunjukan dirinya seakan-akan memberikan kesempatan 3 jam kepada orang-orang Palestina. Bila penjajah ingin memberikan gencatan kemanusiaan maka harus dilakukan selama beberapa hari, bukan hanya 3 jam.”

Petinggi Hamas ini menilai langkah Israel ini hanyalah untuk menarik perhatian internasional, regional, Arab dan rakyat Palestina setelah menggempur sekolah-sekolah yang menjadi tempat aman bagi para pengungsi dan kejahatan yang dilakukan terhadap anak-anak dan kaum wanita. (seto)

Sayap militer gerakan Hamas, Brigade al Qassam menyatakan Rabu (07/01) pagi tadi berhasil menggempur pasukan Israel di bekalang pasar mobil di kampong Zaitun dan meledakan bom pada tank “Merkava 4” milik Israel dan sekelompok pasukan Israel. Al Qassam menegaskan terjadi korban tewas dan terluka di barisan pasukan Israel.

Sumber di al Qassam mengatakan, sekelompok pejuang al Qassam berhasil membidik pasukan khusus Israel yang sedang berjalan di sekitar pasar mobil. Para pejuang al Qassam berhasil menyusup dan sampai ke pasukan tersebut.

Dalam pernyataan militernya, sumber al Qassam ini menambahkan, para pejuang al Qassam berhasil meledakan bom jenis “Shawaz 4” pada tank Israel jenis “Merkava 4”. Tank jenis ini merupakan kebanggaan bagi militer Israel dan memiliki perlindungan paling canggih di dunia. Tank ini berhasil dihancurkan total dalam serangan ini. Para pejuang al Qassam juga meledakan bom lain pada patroli militer di daerah yang sama. Sementara bom yang ketika pada pasukan jalan kaki.

Sumber ini melanjutkan bahwa setelah peledakan bom-bom tersebut para pejuang perlawanan melepaskan berondongan tembakan senjara otomatis dan roket R.P.G ke arah pasukan Israel sebelum mundur dari lokasi dan kembali ke pangkalan dengan selamat. Para pejuang mamastikan terjadi korban tewas dan luka di pihak militer Israel.

Para saksi mata mengatakan mereka mendengar suara ledakan yang ditimbulkan oleh bom-bom tersebut dan menyaksikan asap putih mengepul dari tank Israel yang disusul dengan kepulan asap hitam. Mereka mengatakan itu membuktikan bahwa kebakaran telah melahap tank tersebut. Setelah itu disusul serangan tembakan secara massif. Pesawat tempur Israel segera masuk ke kawasan dan melepaskan tembakan penyisiran.

Sejak kemarin malam hingga Rabu pagi tadi terus berlangsung kontak senjata antara pejuang perlawanan Palestina dengan pasukan penjajah Israel yang berkonsentrasi di sejumlah sudut Jalur Gaza.

Perlawanan Palestina juga terus melancarkan tembakan roket kea rah kota-kota dan perlawanan Israel. Sejumlah sumber Israel mengakui sejumlah roket jatuh di wilayahnya. (seto)

Jumlah korban dalam peristiwa serangan Israel ke sejumlah rumah warga sipil dan tiga sekolah milik PBB meningkat. Ratusan warga Palestina dibombardir Israel setelah mereka mencari perlindungan dari rumah-rumah sehingga total korban sehari sebanyak 135 orang meninggal dan 100 lainnya luka-luka.

Sejumlah keluarga Palestina dibombardir Israel di Jalur Gaza ketika pesawat-pesawat Israel menyerang sejumlah sekolah milik badan bantuan PBB untuk pengungsi (UNRWA) yang digunakan oleh warga sebagai tempat perlindungan akibat aksi brutal Israel yang menyerang rumah-rumah mereka di sebelah timur Jabalia, utara Jalur Gaza.

Berdasarkan perhitungan sementara, jumlah korban meninggal setelah sekolah Fakhura miliki UNRWA digempur di sebelah timur Jabalia meningkat menjadi 45 orang dan lebih dari 50 luka-luka. Sementara lima korban lainnya meninggal dalam serangan di dua sekolah lainnya yang juga milik UNWRA pada Selasa siang kemarin.

Ketua biro delegasi umum UNWRA Adnan Abu Hasanah menegaskan sebelumnya dalam pernyataan persnya bahwa Israel sudah diberi tahu oleh pihak PBB soal tempat sekolah-sekolah yang dijadikan perlindungan sejumlah keluarga Palestina yang meninggalkan rumah mereka yang dibom Israel melalui pesawat tempur. Bendera UNWRA dikibarkan di atas sekolah itu. Namun Israel tetap menyerangnya.

Sumber medis Palestina dan saksi mata menegaskan bahwa ada 12 jenazah gugur dari satu keluarga, tujuh di antaranya gugur dalam serangan ke sejumlah rumah pada Selasa pagi di perkampungan Zaitun sebelah timur kota Gaza. Satu keluarga itu adalah keluarga Al-deyah ketika rumah-rumah mereka dengan empat lantai dibom Israel di perkampungan Zaitun. Sumber saksi mata menegaskan bahwa sejumlah jasad korban hingga kini masih berada di reruntuhan bangunan dan kondisi para korban tercabik-cabik oleh senjata organik Israel.

Sumber menambahkan bahwa tujuh dari korban adalah anak-anak yang usianya antara setahun hingga 12 tahun serta tiga wanita. Kondisi jasad korban tercabik-cabik. Sementara sumber menegaskan baha tim evakuasi medis mengevakuasi Selasa kemarin 23 orang yang ditemukan di sejumlah wilayah yang menjadi sasaran pesawat tempur Israel. Di antaranya gedung keamanan di Gaza yang berada dalam keadaan gelap gulita. Mereka menyebut serangan ini paling dahsyat semenjak Israel melakukan serangan selama 10 hari terakhir.

Para aktifis HAM Palestina dan tim medisnya menuding militer Israel menggunakan roket-roket dan rudal yang dilarang oleh kesepakatan dunia internasional dalam operasi militernya. Sehingga kebanyakan kondisi korban tubuhnya terbakar. (bn-bsyr)

Anak-anak kecil dan bayi adalah hal yang membuat dunia menjadi begitu bersih dan udara menjadi sejuk untuk dihirup. Mereka memberi arti pada sosok ibu di rumah dan membuat langkah ayah menjadi tegap menuju tempat kerja. Tangisan, tawa, teriakan, dan celotehan mereka adalah anugerah yang tak ada bandingannya.

Dalam waktu sebelas hari, Israel dengan telengas sudah mengubah fitrah anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Anak-anak dan bayi kehilangan makna, dan dilanda ketakutan amat sangat—itu karena, satu persatu, dalam jangka waktu yang demikian cepat, mereka kehilangan ayah dan ibunya. Lebih memilukan lagi, mereka pun kehilangan nafasnya yang terakhir.

Dalam sejarah peperangan, Islam tak pernah menorehkan catatan jika ada orang tua, perempuan dan anak-anak tersakiti setiap kali tentara Islam maju ke pertempuran. Israel tak mengenal itu. Anak-anak Palestina tetap menjadi sasaran rudal dan peluru mereka…

Ia yang pergi adalah tabungan kelak di akhirat. Tapi Yahudi Israel adalah penjahat kakap di dunia yang tak punya hati dan rasa.


Sebelum kafan menutupimu, wajahmu adalah semangat bagi kami.


Luka di pelipisnya dan hidungnya yang robek akan hilang sakitnya. Tapi ingatan terhadap biadabnya Yahudi akan terus ada sepanjang masa.


Dalam usianya yang masih sangat belia, ia telah menyaksikan begitu banyak darah, luka, kematian dan kehilangan.

Bocah ini kehilangan sebelah muka dan satu telinganya.


Ia sendirian di antara gedung yang akan roboh, sementara dentuman bom menakutkannya. Tak ada ayah atau ibu...

Dengan apa kami ceritakan semua yang kini terjadi pada bumi Palestina? Satu yang pasti, ini semua karena Yahudi durjana.

Para bocah Gaza yang selamat mengiringi prosesi kematian seorang adik kecil temannya.


Di tengah dentuman bom, di antara mesiu dan roket, kami tetap tersenyum untuk tetap terus mengibarkan Palestina dan membela Islam. Kami tak akan pernah menyerah! (eramuslim/din)


“Saat kami sedang bersujud menghadap Allah, tiba-tiba kami mendengar raungan pesawat tempur Zionis Israel yang datang dari jauh. Tidak lama kemudian pesawat-pesawat pembunuhan itu memuntahkan bom-bom ke arah kami. Semua itu terjadi dalam hitungan menit hingga masjid yang kami ada di dalamnya dihancurkan dari atas kepala-kepala kami.”

Inilah kalimat yang menuturkan kepedihan. Yang menggambarkan aksi bombardemen pesawat tempur Israel ke rumah-rumah Allah di Jalur Gaza. Kalimat itu dituturkan Ramadhan Khaled al Afsy, salah seorang dari 13 korban luka yang sampai di rumah sakit Nasher di Kairo, Mesir, dari total 36 korban luka Jalur Gaza yang berhasil dibawa ke wilayah Mesir.

Khaled (27), menuturkan sisi lain “genosida Gaza yang kedua”. Dia mengatakan, “Saya adalah satu di antara warga kamp pengungsi Nusairat di Jalur Gaza. Bersamaan dengan dimulainya gempuran Israel ke seluruh wilayah Jalur Gaza Sabtu (27/12) siang lalu, saya bersama sekelompok orang berangkat menunaikan shalat dzuhur di masjid al Zahra, sebuah masjid kecil di kamp pengungsi Nusairat.”

Dia menambahkan, “Baru saja kami memulai pada rekaat pertama hingga missil-missil pesawat pembunuhan Israel menghantam kami saat kami sedang bersujud. Saya saat itu hanya bica memohon kepada Allah agar melindungi kami semua dari segala keburukan dan mengembalikan tipu daya mereka ke leher-leher mereka.”

Dia merasa bersyukur atas apa yang menimpanya, lebih baik dari apa yang menimpa yang lainnya. Khaled menuturkan, “Tiba-tiba saja masjid sudah dihancurkan total dari atas kepala-kepala kami. Bukan hanya masjid satu-satunya. Namun sejumlah rumah warga di sekitar masjid juga dihancurkan. Nasibku agak lebih baik. Karena saya berada di dekat pintu masjid yang dipenuhi dengan jamaah shalat. Saya berhasil dikeluarkan dengan segera dari bawah reruntuhan puing-puing masjid dan dibawa ke rumah sakit. Kami, 40 jamaah shalat tertimpa masjid dari atas kepala-kepala kami akibat bombardemen Israel. Saya tidak tahu sampai sekarang, apa yang terjadi pada mereka (jamaah yang lain).”

Khaled, meskipun mengalami patah tulang di kedua pundahknya dan sejumlah tulang rusuk serta terkena serpihan rudal di pinggang kanannya, sehingga membuatnya sangat sulit berbicara, namun dia terus melanjutkan penuturannya. “Sesampainya saya di rumah sakit as Shifa di kotaGaza, saya tahu bahwa Zionis Israel menjadikan masjid-masjid sebagai sasaran bombardemennya. Saya tahu pesawat-pesawat tempur Israel menghancurkan sejumlah masjid lainnya. Di antaranya adalah masjid as Shifa di barat Gaza, masjid al Qassam di Khan Yunis, masjid Imad Aqil di utara Jalur Gaza, masjid Abu Bakar ash Shidiq di kamp pengungsi Jabaliya dan masjid al Istiqamah di kota Rafah,” tuturnya.

Khaled, yang kini dirawat di lantai empat bagian gawat darurat di rumah sakit Nasher, Mesir, dengan bercucuran air mata melanjutkan penuturannya. “Saya memiliki 9 anak. Saya tidak tahu nasib sebagian dari mereka sekarang. Meskipun salah seorang anak saya sudah menghubungi saya dan menenangkan saya soal mereka, namun saya belum mendengar suara mereka. Saya cemas mereka tertimpa bahaya,” ungkapnya sedih.

Mengenai perjalanannya hingga sampai ke Mesir dia mengatakan, “Saya tinggal di rumah sakit as Shifa di Jalur Gaza selama dua hari. Selama itu kondisi saya terus memburuk. Senin malam saya sampai di Kairo setelah diangkut mobil ambulan dari kotaGaza ke perbatasan Mesir. Kemudian mobil ambulan di perbatasan Mesir membawa saya ke rumah sakit Arisy. Dari sana saya dibawa ke Kairo karena saya sangat membutuhkan tindakan operasi cukup rumit.”

Para Dokter Menangis

Dengan suara bercampur cucuran air mata, Khaled menyerukan semua pihak segera membawa para korban luka agresi biadab Israel di Jalur Gaza ke Mesir untuk mendapatkan pengobatan. “Para dokter di rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza menangir karena kengerian yang mereka saksikan dan sedikitnya kemampuan yang mereka miliki. Saya sampaikan kepada semua, rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza sama sekali tidak memiliki apa-apa untuk mengobati korban. Semua penuh dengan korban luka.”

Di kamar sebelah Khaled, berbaring rekannya bernama Syukri Muhammad Riyad, yang menuturkan kondisi kerja pegawai medis di Jalur Gaza. “Saya bekerja di departemen kesehatan pemerintah Gaza di kota Rafah. Saat saya melakukan tugas mengevakuasi korban luka, kepala saya kejatuhan bagian tembok yang roboh dan membuat jaringan mata saya terputus.”

Dengan sangat sedih Riyad menegaskan, “Korban luka di rumah sakit-rumah sakit Jalur Gaza tidak mendapatkan apa-apa bahkan sekadar tempat untuk meringankan rasa sakit mereka. Kami semua berharap derita sakit itu bisa berkurang dengan pengiriman korban luka ke rumah sakit-rumah sakit Mesir dan sampainya bantuan Arab ke Jalur Gaza.” Hingga Selasa (30/12), jumlah korban luka yang sampai di Mesir baru 36 orang, sebagian besar mereka dalam kondisi kritis, untuk mendapatkan pengobatan yang semestinya.

Korban Terus Bertambah

Sejak sabtu (27/12) siang jet-jet tempur Zionis Israel membombardir seluruh wilayah Jalur Gaza. Rumah-rumah warga, masjid dan fasilitas umum menjadi target bombardemen Israel. Hingga hari keenam, Kamis 01/01/09), jumlah korban gugur mencapai lebih 420-an syuhada dan lebih 2100-an terluka, 300-an di antaranya dalam kondisi kritis.

Menteri Kesehatan Palestina Dr. Baseem Naeem sebelumnya telah menegaskan bahwa korban pembantaian terbuka yang dilakukan Zionis Israel di Jalur Gaza sejak hari Sabtu (27/12), terus bertambah banyak. Terlebih ada ratusan korban luka yang dalam kondisi kritis dan puluhan lainnya masih di bawah puing-puing reruntuhan.

Naeen menegaskan persediaan obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya sangat kurang untuk menghadapi kondisi darurat ini. Dia mengungakapkan ada 105 jenis obat-obatan utama yang stoknya nol, 225 kebutuhan medis lainnya stoknya juga nol. Sementara itu 93 bahan khusus laboratoriam stoknya juga nol.

Naeem mengatakan 50% mobil ambulan tidak bisa beroperasi karena tidak ada gas dan bahan bakar akibat blockade. Saat ini juga sangat dibutuhkan pembangkit listrik. Naeem menegaskan semua itu sudah terjadi sejak sebelum pembantaian yang dimulai Israel Sabtu lalu dan akibat blockade Israel. Dia mengatakan, “Agresi terjadi di tengah-tengah sikap diam Arab yang membunuh dan persekongkolan dunia.”

Dia menyatakan pasukan penjajah Zionis Israel tidak hanya menggempur isntitusi-institusi dan gedung-gedung namun mulai mengempur fasilitas-fasilits sipil dan rumah-rumah warga. Ada puluhan peringatan untuk mengosongkan rumah dan ancaman kepada para penghuninya akan dihancurkan di atas kepala mereka. Dia meminta pengiriman tim medis Arab dan rumah sakit-rumah sakit lapangan untuk membantu pengobatan korban luka di saat-saat korban tiba. Dia mengimbau Negara-negara Arab untuk mengirim obat-obatan dan kebutuhan medis secepatnya dan mengganti kekurangan mobil ambulan dengan mengirim mobil ambulan yang siap beroperasi.

Pihak Mesir sendiri tetap menolak membuka pintu gerbang Rafah untuk pengiriman obat-obatan, peralatan medis serta tim medisnya ke Jalur Gaza. Mesir hanya mengizinkan pengiriman korban ke gerbang Rafah untuk kemudian diangkut ke Mesir atau Negara Arab lainnya.

Mengenai pengiriman korban luka melalui gerbag Rafah ke Mesir, Naeem mengatakan, “Ada kesulitan membawa korban ke luar Jalur Gaza. Padahal ada banyak korban luka yang sangat serius. Apapun upaya membawa korban dengan tidak aman justru membuat hidup mereka terancam bahaya. Kami masih ingat meninggalnya 6 korban luka di Arisy terakhir.”

Dia mengatakan, “Kami siap membawa korban luka kapan kondisi mereka stabil.” Dia menegaskan bahwa pemerintah Haniyah sudah meminta mobil ambulan Mesir masuk ke Gaza untuk mengevakuasi korban namun mereka menolak dengan alasan politik. Naeem mengatakan, “Siapa yang ingin membantu rakyat Palestina dalam ujian ini maka harus memudahkan sampainya tim dokter dan rumah sakit lapangan masuk secepatnya pada saat-saat sulit di Jalur Gaza.”

Menurutnya, sudah ada ratusan dokter Arab yang menunjukkan kesiapan mereka untuk masuk ke Jalur Gaza. Sebagian mereka sudah bermalam di sisi perbatasan Mesir dari gerbang Rafah berharap bisa masuk. Namun otoritas Mesir menahan mereka.

Dia menambahkan, bahkan tim medis dari departemen kesehatan Palestina sudah berada di sisi Jalur Gaza dari gerbang Rfah sejak pagi untuk menerima bantuan medis Arab, namun otoritas Mesir tidak mengizinkan mereka masuk hingga saat ini.

Naeen mengucapkan terima kasih kepada Negara-negara yang sudah membantu seperti Qatar, Arab Saudi dan Libia. Namun pihaknya kembali meminta Mesir mempermudah masuknya bantuan ini dan membuka gerbang untuk masuk tim tim medis ke Jalur Gaza. (seto)

Zeyad Abid Mashokhi

Di tengah peristiwa dan bencana besar yang sedang berlangsung di Jalur Gaza patut kita berhenti sejenak untuk memikirkan sejumlah hakikat penting:

1. Allah sudah berjanji – dan tidak ada yang paling benar janjinya kecuali Dia – dan Rasul-Nya yang dipercaya bahwa umat Islam akan menang dan diberi kekuasaan. Islam akan menjadi pemenang di seluruh tempat. Namun untuk Palestina, Allah dan Rasul-Nya memiliki janji khusus. Beliau bersabda, “Tidak akan bangkit hari kiamat sehingga kalian memerangi Yahudi dan pohon-pohon dan batu-batu berkata: wahai Muslim wahai hamba Allah ini Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh dia. Kecuali gorqod karena ia pohon Yahudi,” (HR. Bukhari).

2. Konpirasi terhadap Palestina bukan hasil konflik hari ini. Ia adalah perang panjang yang diusung oleh manusia yang paling benci yang didukung oleh pihak-pihak dari luar dan dalam negeri. Konspirasi terhadap Palestina dari sisi media massa, militer dan politik sangat besar hingga akan menghilangkan gunung. Namun demikian kami menilai kekuatan adalah milik kebangkitan Islam dan para mujahidin dimana para pencintanya atau pembelanya tidak mampu menafsirkan kekuatan itu. Mereka tidak mampu menafsirkan kesabaran dan keteguhan pejuang Palestina dalam menghancurkan konspirasi itu. Karena tidak ada tafsir kecuali hadits Rasulullah, “Segolongan dari umatku akan terus berada dalam kebenaran, mereka akan terus berjuang melawan orang yang memusuhi mereka. Mereka seperti bejana makanan di antara para penyantapnya sampai Allah memutuskan (kemenangan bagi mereka) sementara mereka dalam kondisi seperti itu.” ‘Wahai Rasululah ; dimana mereka?’ “Mereka di sekitar Baitul Maqdis.” (HR. Ahmad).

3. Kami menyadari bahwa bahwa musuh Zionis tidak hanya mentargetkan Hamas atau rakyat Palestina saja, namun ketamakan mereka mencakup seluruh Negara-negara Arab. Lihat saja, mata uang resmi mereka yang beredar di bank-bank internasional yang dicetak dengan gambar “Israel Raya”. Israel Raya yang mencakup Palestina, Mesir hingga Nil, Irak hingga Effrat, Jordania, Libanon, Suriah, Kuwait, dan wilayah bagian utara Arab Saudi hingga Khaibar. Dari sisi akidah, Allah berfirman, “Sungguh kalian akan dapatkan manusia yang paling memusuhi umat Islam adalah Yahudi dan orang-orang musyrik,” Pemandangan para syuhada menjelang ajal ketika dibombardir oleh Israel bertakbir dan mengacungkan telunjuk dengan bersyahadat “أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله” menunjukkan tarbiyah (pola pendidikan) para pejuang itu. Hal itu juga menunjukkan hakikat peperangan ini. Di sisi lain, penghancuran dan serangan terhadap masjid-masjid serta penistaan terhadap Rasulullah saw menunjukkan hakikat, dimensi, dan tujuan-tujuan ini.

4. Yahudi dan zionis dahulu memiliki kemampuan menciptakan awal mula peristiwa dan kemampuan mengakirinya. Namun hari ini, meski masih memiliki kemampu memulai namun tidak berdaya menentukan akhir peristiwa itu. Bahkan mereka tidak mampu menanggung ekses dari peristiwa itu.
“كُلَّمَا أَوْقَدُوا نَارًا لِلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللَّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأَرْضِ فَسَادًا وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ”

5. Kelompok yang ikut dalam konspirasi bersama Israel di Tepi Barat atau di tempat lain, yang menyebut roket perlawanan sebagai sia-sia, menyebut kapal pemecah blockade sebagai permaian murahan, tidak lagi memiliki alasan untuk menutupi kejahatan mereka lagi. Apa yang diungkapkan oleh Ustad Nazzal dalam program “bilaa huduud” bahwa bahaya mereka bukan saja bagi rakyat Palestina tapi bagi seluruh bangsa Arab. Kini Fatah hanya bagian dari problem bukan bagian dari solusi.

6. Tidak bisa kita sebut Fatah secara keseluruhan adalah agen penjajah Israel atau kita melupakan perjuangan para pahlawannnya. Namun tidak mungkin kita menyamakan Hamas dan Fatah dengan persamaan yang persis. Sungguh berbeda antara yang memperjuangankan agama Allah dengan yang mengolok-oloknya. Tidak sama proyek Islami dengan proyek sekularisme. Tidak sama warna khomer dan baunya dengan warna dan bau darah syuhada.

7. Kejahatan Israel kali ini tidak perlu pembenaran. Pembantaian kali bukan membalas roket-roket perlawanan Palestina. Serangan kali ini hanya kompensasi di depan bagi pemilu Israel. Siapapun orangnya yang pernah menyatakan atau menulis artikel atau yang menggabar karikatur yang isinya membiarkan para pejuang Palestina, maka ia bertangungjawab di depan Allah Yang Maha Perkasa Raja Langit dan Bumi.

8. Kami serukan kepada semua pihak untuk ikut serta dalam membela dan menolong saudara-saudara kami di Palestina. Satu orang yang memiliki tekad dan cita-cita untuk membela Palestina maka ia tidak akan kehilangan wasilah untuk ke sana. Kami berdoa untuk keluarga kami di Syam, tempat hijrah Ibrahim alaihissalam dan meminta kepada Allah agar menjadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi mereka sebagaimana bagi Ibrahim.
“قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ”

9. Keluarga kami akan dikubur di bawah tanah Palestina karena dijajah oleh musuh mereka… apa yang kita lakukan? Sungguh kami tidak khawatir terhadap mereka tidak khawatir terhadap tempat isra Rasulullah saw. Namun kami khawatir terhadap diri kita sendiri jika membiarkan mereka sehingga kita akan ditimpa apa yang diperingatkan oleh Rasulullah saw.

مَا مِنْ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلَّا خَذَلَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ. وَمَا مِنْ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلَّا نَصَرَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَه" أخرجه أبو داود، والإمام أحمد في مسنده.

“Tidaklah seseorang yang membiarkan seorang Muslim di tempat dimana kehormatannya dilanggar dan dilecehkan, kecuali Allah akan membiarkannya di tempat yang ia menginginkan pertolongan-Nya di sana. Tidaklah seseorang menolong seorang Muslim di tempat yang kehormatannya dilanggar kecuali Allah akan menolongnya di tempat yang menginginkan ditolong oleh-Nya,” (Abu Daud dan Imam Ahmad). (bn-bsyr)

Pesawat-pesawat tempur Zionis Israel terus membombardir Jalur Gaza. Rudal-rudalIsrael menghancurkan rumah-rumah warga yang terisolir. Hingga, Sabtu (03/12) pagi, lebih dari 437 Palestina gugur dan 2300 terluka, 400 lainnya dalam kondisi sangat kritis.

Direktur Pelayanan Ambulan dan Gawat Darurat Departemen Kesehatan Palestina, Dr. Muawiyah Husnain mengatakan jumlah korban meninggal anak-anak mencalai lebih 70 anak dan jumlah kaum wanita yang meninggal mencapai lebih dari 34 jiwa. Selebihnya adalah warga sipil. Dia menyatakan bahwa kondisi di rumah sakit-rumah sakit Jalur Gaza sangat buruk.

Selama Jum’at (02/01), sebanyak 12 orang Palestina gugur di antaranya adalah 6 bocah dan seorag wanita dalam rangkaian bombardemen yang dilancarkan pesawat-pesawat tempur Zionis Israel.

Pembantaian paling biadab terjadi pada hari Kamis (01/01). Rudal-rudalIsrael menggempur rumah pemimpin Hamas Dr Nazar Rayyan di Jabaliya, wilayah utara Jalur Gaza, yang merupakan daerah pada penduduk. Sebanyak 16 anggota keluarga gugur, termasuk 4 istri Rayyan dan 9 anaknya laki-laki dan perempuan.

Pesawat-pesawat tempur Zionis Israel terus melancarkan serangan secara massif ke Jalur Gaza. Mereka focus pada wilayah-wilayah perbatasan di Beit Hanun, kampung at Tufah, dan Jabaliya timur laut Jalur Gaza. Hal ini dilakukan Israel sebagai persiapan untuk melancarkan serangan militer darat ke Jalur Gaza.

Menteri Kesehatan Palestina Dr. Baseem Naeem sebelumnya telah menegaskan bahwa korban pembantaian terbuka yang dilakukan Zionis Israel di Jalur Gaza sejak hari Sabtu (27/12), terus bertambah banyak. Terlebih ada ratusan korban luka yang dalam kondisi kritis dan puluhan lainnya masih di bawah puing-puing reruntuhan.

Naeen menegaskan persediaan obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya sangat kurang untuk menghadapi kondisi darurat ini. Dia mengungakapkan ada 105 jenis obat-obatan utama yang stoknya nol, 225 kebutuhan medis lainnya stoknya juga nol. Sementara itu 93 bahan khusus laboratoriam stoknya juga nol.

Naeem mengatakan 50% mobil ambulan tidak bisa beroperasi karena tidak ada gas dan bahan bakar akibat blockade. Saat ini juga sangat dibutuhkan pembangkit listrik. Naeem menegaskan semua itu sudah terjadi sejak sebelum pembantaian yang dimulai Israel Sabtu lalu dan akibat blockade Israel. Dia mengatakan, “Agresi terjadi di tengah-tengah sikap diam Arab yang membunuh dan persekongkolan dunia.”

Dia menyatakan pasukan penjajah Zionis Israel tidak hanya menggempur isntitusi-institusi dan gedung-gedung namun mulai mengempur fasilitas-fasilits sipil dan rumah-rumah warga. Ada puluhan peringatan untuk mengosongkan rumah dan ancaman kepada para penghuninya akan dihancurkan di atas kepala mereka. Dia meminta pengiriman tim medis Arab dan rumah sakit-rumah sakit lapangan untuk membantu pengobatan korban luka di saat-saat korban tiba. Dia mengimbau Negara-negara Arab untuk mengirim obat-obatan dan kebutuhan medis secepatnya dan mengganti kekurangan mobil ambulan dengan mengirim mobil ambulan yang siap beroperasi.

Pihak Mesir sendiri tetap menolak membuka pintu gerbang Rafah untuk pengiriman obat-obatan, peralatan medis serta tim medisnya ke Jalur Gaza. Mesir hanya mengizinkan pengiriman korban ke gerbang Rafah untuk kemudian diangkut ke Mesir atau Negara Arab lainnya.

Mengenai pengiriman korban luka melalui gerbag Rafah ke Mesir, Naeem mengatakan, “Ada kesulitan membawa korban ke luar Jalur Gaza. Padahal ada banyak korban luka yang sangat serius. Apapun upaya membawa korban dengan tidak aman justru membuat hidup mereka terancam bahaya. Kami masih ingat meninggalnya 6 korban luka di Arisy terakhir.”

Dia mengatakan, “Kami siap membawa korban luka kapan kondisi mereka stabil.” Dia menegaskan bahwa pemerintah Haniyah sudah meminta mobil ambulan Mesir masuk ke Gaza untuk mengevakuasi korban namun mereka menolak dengan alasan politik. Naeem mengatakan, “Siapa yang ingin membantu rakyat Palestina dalam ujian ini maka harus memudahkan sampainya tim dokter dan rumah sakit lapangan masuk secepatnya pada saat-saat sulit di Jalur Gaza.”

Menurutnya, sudah ada ratusan dokter Arab yang menunjukkan kesiapan mereka untuk masuk ke Jalur Gaza. Sebagian mereka sudah bermalam di sisi perbatasan Mesir dari gerbang Rafah berharap bisa masuk. Namun otoritas Mesir menahan mereka.

Dia menambahkan, bahkan tim medis dari departemen kesehatan Palestina sudah berada di sisi Jalur Gaza dari gerbang Rfah sejak pagi untuk menerima bantuan medis Arab, namun otoritas Mesir tidak mengizinkan mereka masuk hingga saat ini.

Naeen mengucapkan terima kasih kepada Negara-negara yang sudah membantu seperti Qatar, Arab Saudi dan Libia. Namun pihaknya kembali meminta Mesir mempermudah masuknya bantuan ini dan membuka gerbang untuk masuk tim tim medis ke Jalur Gaza. (seto)

umlah korban terus meningkat dalam serangan berkelanjutan yang dilakukan militer Zionis Israel. Memasuki hari ke-12, Rabu (07/01), jumlah korban meninggal mencapai l700 syuhada dan lebih 3100 lainnya luka-luka, separohnya adalah wanita dan anak-anak.

Direktur Pelayanan Ambulan dan Gawat Darurat Departemen Kesehatan Palestina, Dr. Muawiyah Husnain, mengatakan bahwa jumlah korban meninggal sesuai data yang masuk mencapai 700 syuhada, separohnya wanita dan anak-anak. Jumlah korban luka juga meningkat mencapai lebih 3100 orang, sekitar 450 di antaranya dalam kondisi sangat kritis. Jumlah korban meninggal dari anak-anak mencapai 230 dan dari kalangan wanita mencapai 100.

Israel memfokuskan serangan udara, darat dan laut ke rumah-rumah warga sipil Palestina dan sekolah-sekolah milik PBB yang menampung ratusan orang Palestina yang lari meninggalkan rumah-rumah mereka yang hancur akibat bombardemen Israel. Dalam sehari kemarin saja, lebih dari 135 warga Palestina gugur.

Pasukan militer Zionis Israel meningkatkan aksi pembantaiannya terhadap warga sipil Palestina setelah gagal menundukkan perlawanan dan mengalami kerugian dalam melancarkan agresi di timur dan utara Jalur Gaza.

Menteri Kesehatan Palestina Dr. Baseem Naeem sebelumnya telah menegaskan bahwa korban pembantaian terbuka yang dilakukan Zionis Israel di Jalur Gaza sejak hari Sabtu (27/12), terus bertambah banyak. Terlebih ada ratusan korban luka yang dalam kondisi kritis dan puluhan lainnya masih di bawah puing-puing reruntuhan.

Naeen menegaskan persediaan obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya sangat kurang untuk menghadapi kondisi darurat ini. Dia mengungakapkan ada 105 jenis obat-obatan utama yang stoknya nol, 225 kebutuhan medis lainnya stoknya juga nol. Sementara itu 93 bahan khusus laboratoriam stoknya juga nol.

Naeem mengatakan 50% mobil ambulan tidak bisa beroperasi karena tidak ada gas dan bahan bakar akibat blockade. Saat ini juga sangat dibutuhkan pembangkit listrik. Naeem menegaskan semua itu sudah terjadi sejak sebelum pembantaian yang dimulai Israel Sabtu lalu dan akibat blockade Israel.

Dia menyatakan pasukan penjajah Zionis Israel tidak hanya menggempur isntitusi-institusi dan gedung-gedung namun mulai mengempur fasilitas-fasilits sipil dan rumah-rumah warga. Ada puluhan peringatan untuk mengosongkan rumah dan ancaman kepada para penghuninya akan dihancurkan di atas kepala mereka. Dia meminta pengiriman tim medis Arab dan rumah sakit-rumah sakit lapangan untuk membantu pengobatan korban luka di saat-saat korban tiba. Dia mengimbau Negara-negara Arab untuk mengirim obat-obatan dan kebutuhan medis secepatnya dan mengganti kekurangan mobil ambulan dengan mengirim mobil ambulan yang siap beroperasi.

Pihak Mesir sendiri tetap menolak membuka pintu gerbang Rafah untuk pengiriman obat-obatan, peralatan medis serta tim medisnya ke Jalur Gaza. Mesir hanya mengizinkan pengiriman korban ke gerbang Rafah untuk kemudian diangkut ke Mesir atau Negara Arab lainnya.

Mengenai pengiriman korban luka melalui gerbag Rafah ke Mesir, Naeem mengatakan, “Ada kesulitan membawa korban ke luar Jalur Gaza. Padahal ada banyak korban luka yang sangat serius. Apapun upaya membawa korban dengan tidak aman justru membuat hidup mereka terancam bahaya. Kami masih ingat meninggalnya 6 korban luka di Arisy terakhir.”

Dia mengatakan, “Kami siap membawa korban luka kapan kondisi mereka stabil.” Dia menegaskan bahwa pemerintah Haniyah sudah meminta mobil ambulan Mesir masuk ke Gaza untuk mengevakuasi korban namun mereka menolak dengan alasan politik. Naeem mengatakan, “Siapa yang ingin membantu rakyat Palestina dalam ujian ini maka harus memudahkan sampainya tim dokter dan rumah sakit lapangan masuk secepatnya pada saat-saat sulit di Jalur Gaza.”

Menurutnya, sudah ada ratusan dokter Arab yang menunjukkan kesiapan mereka untuk masuk ke Jalur Gaza. Sebagian mereka sudah bermalam di sisi perbatasan Mesir dari gerbang Rafah berharap bisa masuk. Namun otoritas Mesir menahan mereka.

Dia menambahkan, bahkan tim medis dari departemen kesehatan Palestina sudah berada di sisi Jalur Gaza dari gerbang Rfah sejak pagi untuk menerima bantuan medis Arab, namun otoritas Mesir tidak mengizinkan mereka masuk hingga saat ini.

Naeen mengucapkan terima kasih kepada Negara-negara yang sudah membantu seperti Qatar, Arab Saudi dan Libia. Namun pihaknya kembali meminta Mesir mempermudah masuknya bantuan ini dan membuka gerbang untuk masuk tim tim medis ke Jalur Gaza. (seto)