Senin, 12 Januari 2009

syuhada

Komandan Lapangan Ahli Strategi, Yasir Galban
[ 13/11/2007 - 07:41 ]



Yasir Galban merupakan sosok pemuda yang yakin akan janji Allah, seorang yang mukhlis, mujahid dan reformer. Ia telah mencapai keberhasilan dengan gemilang menggapai derajat syahid. Derajat tertingi setelah para nabi. Ditempatkan oleh Allah dalam surgaNya kekal di dalamnya.



Kelahiran dan pertumbuhanya

Al-Syahid Galban lahir pada tanggal 8 Oktober 1979. Hidup dalam keluarga yang taat agama, namun terlunta-lunta di daerah penngungsian. Nenek moyangnya berasal dari wilayah Kfar Ana wilayah jajahan Israel. Sejak kecil ia paling aktif dalam kegiatan keagamaan. ia juga terkenal ikhlas dalam setiap kegiatan. Wajahnya selalu cerah mengembang senyuman. Semua orang tentu menyukainya, teman-temanya, saudaranya dan lain sebagaianya. Yasir adalah putra terbaik Khanyunis. Salah satu kota pintu gerbang masuk Palestina yang kaya akan para pahlawanya. Ia sangat berbakti pada kedua orang tuanya, mencintai saudara dan temanya.



Pendidikanya

As-Syahid Galban mengecap pendidikan ibtidaiyah pada tahun 1985 di Madrasah Muan, lalu ke sekolah persiapan (SMP) di sekolah khusus laki-laki di Bani Suhaila. Tingkat tsanawiyahnya ia lenjutkan di Sekolah Kamal Nasher. Seleseai di Kamal Nasher ia melanjutkan di Universitas Islam fak. Syari’ah. Kuliahnya terhenti karena ditangkap serdadu Israel dan dipenjarakan selama satu tahun. Ia juga diincar oleh pembunuh bayaran pasukan penjaga keamanan di Khnayunis.



Karakter dan aktifitas dakwahnya

Sejak kecil, Galban terkenal senang melakukan aktifitas ibadah. Tempat yang paling senang ia kunjungi adalah Masjid Muin bin Zaid. Maka tak heran bila ia tumbh sebagai pemuda yang zuhud, taat ibadah dan wara. Ia tidak berbicara terhadap sesuatu kecuali bila ada nashnya dari Allah ataupun NabiNya. Ia memulai kegiatannya dengan menghapalkan al-Qur’an, menghadiri majelis ta’lim dan ibadah-ibadah lainya. Hatinya selalu terkait dengan masjid. Ia selalu menunaikan salat fardu di Masjid. Bagaimana tidak, ia seorang pionir da’wah di masjid tersebut. Ia lah penggerak hamper semua kepanitiaan masjid dimulai penggalangan dana hingga aksi social. Ia tidak membatasi hanya mengunjungi saudara-saudara dan kerabatnya saja. Bahkan ia sering mengunjungi para pemuda yang jarang atau tidap pernah kelihatan shalat atau ibadah. Yasir Galban adalah pemuda yang tidak pernah terlambat datang dalam semua kegiatan yang diadakan Gerakan Hamas. Ia selalu datang sambil membawa sejumlah pemuda lainya. Yang menjadi prioritas da’wahnya adalah mendidik genarasi muda dan mengarahkan mereka kepada jalan yang benar. Agar mereka bisa sampai pada kesuksesan. Yasir menganggap dirinya bertanggung jawab tentang maju mundurnya pemuda di kampungnya. Ia dikaruniai sipat kepemimpinan dan keberanian juga kecintaanya terhadap Kitab Allah, Al-Qur’an sebagai rujukan utamanya dalam mengarahkan para pemuda, agar menjadi genarasi Qur’ani. Ia sennatiasa mennyapa dahulu teman-temanya sebelum ia beranjak ke peraduan. Menurut adiknya, Yasir adalah pemuda yang menggapai derajat syahid yang tidak kenal lelah maupun bosan. Ia selalu menasehati dan membimbing teman-temanya. Ia bersipat penyayang pada teman-temanya, namun sangat keras pada musuh-musuh Allah dan musuh ummat manusian.



Bergabung Dengan Brigade Al-Qossam

Yasir Galban bergabung dengan Barisan Izzuddin al-Qossam ketika terjadinya Intifadhah al-Aqsha. Ia telah memilih jalan yang penuh lubang dan berduri. Jalan yang ia tempuh dihiasi dengan kesulitan dan kepayahan. Ia termasuk sabiqunal awwalun Al-Qossam, karena sipat-sipatnya yang sitimewa, sepetri kebaranian dan keteguhanya serta kemampuanya dalam perenencanaan gerakan. Sering kali ia menempuh perjalanan untuk menanam ranjau darat bagi kendaraan-kendaraan tempur Israel. Ia adalah singa di padang pasir. Dirinya tidak takut pada siapa pun kecuali pada Allah. Yang menjadi menjadi prioritasnya adalah keikhlasan, kepiawaian dan kelincahan. Ia juga terkenal sebagai perancang perjuangan Al-Qossam dan aktif di dinas militer Brigade Al-Qossam.



بيانكتائب القسام





{مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُم مَّن قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً }

Surat Keterangan Militer dari

Brigade Izzuddin Al-Qossam

Tentang Syahidnya Komandan Al-Qossam, Yasir Galban





Wahai para mujahid Palestina, wahai bangsa Arab dan ummat islam.

Dengan melalui jalan yang penuh duri bersama para kafilah da’wah, telah berpulang ke Rahmat Allah mendahului kita menyusul para pendahulunya yang telah lebih dulu mempersembahkan jiwa dan raganya dalam menolong agama Allah dan mempertahankan tanah suci Alquds serta melawan kezaliman dan mengusir musuh-musuh Allah dari Palestina. Mereka mendabakan syuhada dalam memerangi yahudi yang terus maju pantang mundur. Tentu sedikitpun tidak ada masalah, walau berbagai fitnah, ataupun luka dari siapapun.

Hari ini, al-Syahid Yasir Galban telah menghadap Allah dengan luka-luka akibat pertempuranya dengan pasukan penjaga keamanan pimpinan Abbas. . Hari ini tanggal 04 Juni 2006 komandan Al-Qossam telah mengakhiri tugas mulianya di dunia dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil dan dua anaknya yang masih kecil. Dialah komandan lapangan :

Yasir Ibrahim Al-Galban (26 tahun)

Warga Khanyunis

Kami atas nama Brigade Al-Qossam dengan ini menegaskan tidak akan mengizinkan siapapun menyentuh para mujahid kami. Kami berjanji akan terus melanjutkan perjuangan mengikuti jejak para pendahulu kita hingga mendapatkan dua kebaikan, kemenangan atau mati syahid.

Hanya ada Jihad dan menang atau mati sayahid

Brigade Izzudin al-Qossam

Jum’at 20 Jumadil Ula 1927 H.

16 Juni 2006




halaman utama - Profil Syuhada
cetakan E-Mail
Ibrahim Ahmad, Syahid Yang Keluarganya Memaafkan Pembunuh Anaknya
[ 10/07/2007 - 10:22 ]



Ibrahim Ahmad Ibrahim Abu Nar, Abu Husen dilahirkan tanggal 12/04/1977 di kamp militer Nazaret, ia baru berumur 30 tahun. Didik dalam keluarga yang taat beragama. Nenek moyangnya berasal dari distrik Aqir. Ia tak pernah ketinggalan shalatya di masjid. Sejak kecil memang ia sudah dibiasakan oleh ayahnya untuk selalu ke masjid, hingga shalat shubuh pun selalu dibawanya. Oleh karena itu ia hidup dalam keluarga kecil namun penuh dengan ketawadhuan.
Pendidikanya di mulai di tingkat TK milik organisasi kemanusiaan. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke sekolah khusus bagi para pengungsi dan berhasil memperoleh nilai rata-rata 8. Ia dikenal oleh teman-temanya sebagai pribadi yang sholeh berakhlaq mulia. Ia disukai oleh teman-temanya.

Lalu ia melanjutkan sekolah menengah umum (SMU) di sekolah Kholid bin Walid. Semasa di SMU ia sudah ikut brbagai kegiatan Hamas dan ikut dalam organisasi Mahasiswa Islam. Namun kegiatan berlajarnya berhenti karena ia ditangkap oleh serdadu Israel ketika berusia 15 tahun.

Orang tua dan keluarganya.

Hubungan Ibrahim dengan kedua orang tuanya berjalan baik. Ia memperlakukan orang tuanya dan saudara-saudaranya dengan penuh kecintaan. Sejak kecil memang, ia sudah mencintai saudara-saudaranya dengan penuh kasih sayang. Ia sering menggendong-gendong adik-adiknya ke sana kemari. Ia sangat taat pada orang tuanya, bahkan ketika disuruh pada sesuatu yang ia tidak suka pun, tetap saja ia melakukannya. Ia pernah pergi bersama ibunya ke Yordania untuk mengobati sakit jantungnya. Ibunya sudah menderita penyakit jantung sejak lama. ia pernah menemani ibunya pergi ke rumah sakit di Der Balah pada jam satu malam lalu. Kemudian ia pulang ke rumahnya. Karena tidak ada kendaraan, akhirnya ia berjalan kaki menuju rumahnya dan sampai rumah kira-kira jam empat pagi dan langsung pergi ke masjid karena sudah shubuh.

Pengalaman Organisasi

Ibrahim ikut bergabung bersama gerakan Islam dalam berbagai kegiatan social. Ia juga pernah jadi pengurus kantor Hamas pada pemilu parlemen tahun kemarin. Perlu disebutkan di sini, walaupun ia aktif di Brogade Al-qossam sebagai komandan lapangan, namun ia masih sempat bekerja sebagai tim pengawas pemilu parlemen kemarin.

Aktivitas Jihad

Disebabkan kerinduanya pada Negara dan kecintaanya terhadap syahid, ia bergabung bersama barisan al-Qossam di penghujung intifadhah al-Aqsha, dalam rangka membela dan mempertahankan negaranya. Ia bergabung dengan Al-Qossam pada tahun 2002 an. Ia ditempatkan di bagian teknik pembuatan bom tangan. Kemudian dipindahkan menjadi teknisi pembuat roket jenis ringan serta ranjau darat. Lalu ia dipindahkan lagi menjadi komandan lapangan Al-Qossam.

Selintas tentang amal jihadnya.

Ibrahim terlibat sejumlah pertempuran dengan Israel. Ia bergabung dengan pasukan roket Al-Qossam yang menembakan soket-roketnya kea rah permukiman Israel di Natsarem. Tugasnya waktu itu ialah menggempur menara pengintaian Israel. Ia juga terlibat dalam penempatan ranjau-ranjau darat di jalan Al-Behr, wilayah Al-Faruq dan Shalahuddin. Ia juga tergabung dalam operasi pengintaian serdadu Israel di wilayah perbatasan.

Aksi pengintaian

- Aksi pengintaian terhadap seorang serdadu di permukiman Netsharem

- Operasi pengintaian Buldoser Israel di Der Balah selama 10 jam yang berakhir dengan kemuliaanya mencapai syahadah

- Menintai tank Israel di dekat permukiman Kesuvem sepanjang 8 jam bersama komandan Abdul Nasher Abu Syauqah yang diabadikan melelui cameranya.

Perjanjian bersama para Syuhada

Di harian Palestina yang terbit hari Selasa tanggal 12/2007, setelah terjadinya pertempuran sengait antara Al-Qossam dengann pasukan keamanan bentukan Abbas yang berakhir dengan dikuasainya Jalur Gaza serta menyerahnya kelompok kudeta tanpa ada yang terluka sedikitpun. Ibrahim kemudian menuju ke wilayah Kamp pengungsian, menyusul kabar bahwa rumah salah seorang komandan Al-Qossam dikepung kelomok kudeta. Lalu ia bergegas menuju ke sana dan membagi-bagi pasukan untuk menghadapinya. Namun tak terlihat salah seorang pasukan kudeta menembakan tiga pelurunya ke arah Ibrahim. Dua meleset yang satu mengenai bom yang menggantung di badanya. Mengakibatkan bom itu meledak dan menghancurkan tubuh as-Syahid Ibrahim. Ia sempat di rumah sakit selama tiga hari dan akhirnya meninggal syahid pada hari Jum’at tanggal 15 Juni 2007.

Pengampunan Orang Shaleh.

Setelah pasukan Al-Qossam berhasil menguasai keadaan dan menangkap para perusuh kudeta. Dan setelah diadakan pemeriksaan terhadap seluruh pasukan kudeta serta pengakuanya atas aksi penembakan itu, Brigade Al-Qossam memerintahkan agar pelaku penembakan terhadap Al-Syahid Ibrahim dihukum Qishash.

Ketika orang-orang berkumpul untuk menyaksikan pengadilan Qishash, maka dihadirkanlah sang pembunuh Ibrahim. Ia datang dengan membawa kain kafan, tampak di muka raut ketakutan akan kematianya yang akan segera menjemputnya. Namun tiba-tiba datang salah seorang yang mengatasnamakan keluarga Ibrahim dan memaafkan kesalahan sang pembunuh serta menyerahkanya pada keluarganya. Keluarga As-Syahid Ibrahim tidak minta apapun, sebagai gantinya. Mereka hanya minta gantinya dari Allah subhana wata’ala.

Sikap yang sangat mulia yang ditunjukan oleh keluarga As-Syahid, bahkan mereka berterima kasih kepada Al-Qossam yang telah membersihkan Jalur Gaza dari para perusuh kelompok kudeta. (asy)


Al-Syahid Ahmad Iwadh
[ 04/06/2007 - 01:42 ]


COMES-Al-Syahid Ahmad Rajab Iwadl lahir pada tanggal 2 Pebruari 1976 di kampong al-Zaitun sebelah timur kota Gaza. Mengenyam pendidikan di sekolah dasar milik Lembaga Internasional untuk pengungsi Palestina (UNRWA).

Setelah tamat di sekolah dasar al-Zaitun dengan nilai sangat baik (8,01-8,99) kemudian ia melanjutkan pendidikanya di sekolah menengah pertama dan umum al-Syajaeyah. Selesai di Syajaeyah kemudian al-Syahid melanjutkan studinya di Universitas Islam jurusan Biologi. Selain tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Islam di Gaza ia juga aktif di organisasi faksi Islam pada Universitas tersebut .

Setelah ia keluar dari Universitas Islam, ia bekerja sebagai pembantu administrasi di Kejaksaan Tinggi Palestina. Karirnya terus menanjak hingga menjabat direktur umum, mengingat dedikasi dan kemampunya dalam bidang tersebut. Bahkan menurut informasi yang bisa dipercaya, Menlu Mahmud Zehar telah menunjuk al-Syahid sebagai direktur umum di departemennya. Sebelumnya al-Syahid juga menjabat sebagai direktur umum kepresidenan, sebelum Hamas menjadi pemimpin di Palestina.

Peristiwa ini hanya beberapa pecan sebelum pesawat Israel membombardir mobil yang ditumpanginya bersama saudara seperjuanganya pada hari Ahad 8 Nopember 2006.

Semua orang tersentak, bahwa suami dari putri menlu Palestina Dr. Mahmud Zehar adalah seorang arsitek militer di brigade Al-Qossam, sayap militer gerakan perlawanan Hamas.

Status Sosial

Al-Sayhid adalah suami dari putri Menlu Palestina, Mahmud Zehar. Dikaruniai dua orang putra masing-masing Muadz baru berumur satu setengah tahun dan Rajab yang baru berumur empat bulan.

Ketika Al-Syahid datang ke rumah Zehar untuk meminang putrinya, Zehar menanyakan dahulu pada putrinya, apakah ananda mau terima bila kehidupan ananda dimasa yang akan datang penuh dengan bahaya karena selalu diincar oleh Israel seperti keadaan sekarang ?.

Aktivitas Dakwah

Al-Syahid sebagai penanggung jawab sejumlah aksi massa, seperti aksi di Masjid Shalahuddin masjid terbesar di Gaza yang paling banyak melahirkan kader-kader intifadhah pertama dan kedua. Ia juga sempat menjadi pimpinan di dalam organisasi kemasjidan tersebut sebelum ia melanjutkan kuliahnya di Universitas Islam Gaza. Saat itu ia tahu bahwa ia harus merahasiahkan betul identitasnya dalam wadah kegiatan yang penuh resiko. Apalagi untu memangku sebagai pimpinan organisasi tersebut.

Pada awal- awal tahun di Universitas Islam Gaza ia bergabung dengan kelompok Ikwanul Muslimin. Padahal ia baru menginjak di usianya yang ke 18 tahun. Karena salah satu persyaratan ikut organisasi IM bila umurnya sudah mencapai 18 tahun. Namun karena wawasanya dan kemampuanya ia diterima menjadi anggota IM walau dengan syarat umur minimal.

Bergabung Dengan Al-Qossam

Al-Syahid bergabung dengan kelompok Izzuddin Al-Qossam pada awal tahun 2000. Pada saat awal terbentuknya Brigade Al-Qossam, setelah mendapat berbagai gempuran dari dinas keamanan pemerintahan. Peristiwa tersebut sebelum meletusnya intifadhah kedua.

Namun namanya tidak tercantum di dalam jajaran pimpinan brigade Al-Qossam, tetapi masuk dalam jajaran para konseptor dan insinyur pembuat bom pada awal tahun 2001, namun itu baru awal, masih jauh dari tujuan.

Pengembangan alat-alat perang

Al-Syahid merupakan profil muslim yang cerdas, innovator, punya ekses besar dalam perkembangan bom yahudi dari sekedar meledak hingga yang berbentuk elektronik seperti sekarang, yang bisa diledakan secara otomatis seperti yang pernah dilakukan oleh saudara seperjuanganya Al-Syahid Ahmad Musytaha.

Setelah beberapa bulan kemudian ia berpindah ke bagian pengembangan roket al-Qossam menyusul penciptanya Al-Syahid Komandan Nidhal Farhat yang berhasil membuat roket jenis baru yang dinamakan roket Qossam. Al-Syahid Ahmad berkerja denganya dan berhasil mengembangkan roket yang diberinama Qossam 1 yang mampu membawa hulu ledak setara dengan 1 kg TNT yang mampu meluluhlantakan satu wilayah dalam radius satu kilo meter.

Setelah Komandan Nidhal Farhat syahid sebagai pencipta roket Qossam serta pembuatnya Muhammad Salami maka bidang pengembangan roket dimpimn oleh Mujahid Tito Mas’ud dan wakilnya al-Syahid Suhail Abu Nahl keduanya kemudian menjadi tawanan Israel pada tahun 96 an bersama sejumlah anggota lainya, seperti Ahmad Iwadl, Mufid Bal, Shabir Abu Ashi dan Akram Nasher, Mahdi Musytaha yang kemudian mereka meninggal syahid.

Menyusul syahidnya Tito Mas’ud dan wakilnya Suhail Abu Nehel di perkampungan Syajaeyah, maka kepemimpinan beralih kepada komandan syahid Mahdi Musytaha dan menjadikan Ahmad Iwadl sebagai wakilnya sebagai ketua pengembangan dan perancang roket-roket Qossam.

Kemudian setelah Mahdi Musytaha meninggal syahid, maka ketua pengembangan dan pembuatan Qossam beralih kepada Ahmad Iwadl.

Maka mulailah Ahmad Iwadl atau dikenal dengan nama Abu Muadz menyusun program pengembangan serta merekrut sejumlah mujahid yang mempunyai bakat inovasi dan berhasil mengembangkan qossam hingga menjangkau 7 km dengan hulu ledaknya bisa menjangkau 5 km. Saat ini tim Qossam berhasil mengembangkan roketnya yang dapat menjangkau 12 km dengan hulu ledak beradius 8-10 Km. tim Al-Qossam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari brigade Izzudin Al-Qossam.

Yang berhasil mengembangkan roket Qossam seperti saat ini adalah, al-Syahid Ahmad Iwadh Abu Mu’adz. Ia berhasil mengembangkan roket ini dalam waktu kurang dari 5 tahun.

Beberapa sumber menyatakan, bila Ahmad Iwadl tidak bergabung dalam sejumlah operasi militer, karena ia konsen dalam masalah pengembangan roket. Maka tak heran bila pembawaannya penuh rahasia, tenang dan jauh dari pusat perhatian massa.

Keadaan ini terus berlangsung hingga saat pembunuhannya. Namun tatkala para penjagaan keamanan tertangkap oleh pemerintah Israel terkait aksinya menyerang permukiman Sederot termasuk yang ditangkap saat itu, keturunan Nidhal Farhat, seorang mujahid ke tiga, maka tekuaklah bahwa Ahmad Iwadl bekerja dibidang pengembangan roket, namun tidak diketahui dimana tinggalnya. Kecuali beberapa saat sebelum penembakan terhadap mobil yang ditumpanginya.

Kesyahidanya

Pada hari Rabu tanggal 17 Syawal 1427 H atau bertepatan dengan tanggal 8 Nopember 2006, Al-Syahid menemui Tuhanya, bersamanya seorang mujahid Al-Qossam Ramzi Yusuf Suhaiber (36 tahun). Keduanya meninggal digempur rudal Israel yang ditembakan dari pesawat pengintai mereka di Jalan Ahmad Yasin kampong Al-Zaitun Kota Gaza.

Brigade Izzuddin mengumumkan kesyahidanya serta mengangkat kedua jenazah tersebut seraya berjanji akan terus melanjutkan perjuangan kedua mujahid ini, hingga menjemput salah satu dari dua kebaikan, “Hidup Mulia Atau Mati Syahid”

Ahmad Iwadh bukanlah mujahid biasa, tetapi beliau termasuk kepada jajaran pejuang pengukir sejarah. Apakah ada saat ini seorang pejuang yang dengan pengorbananya kecerdasanya serta keuletanya mampu memberikan semangat kepada para mujahid lainya dalam rangka membela hak-hak mereka merebut kemerdekaaan dari tangan penjajah yahudi laknautllah dan dapat menggetarkan musuh-musuh (Israel) dengan roket buatanya.

Apakah ada seorang mujahid yang tidak pernah kelihatan bahkan ia berjuangan dengan diam. Tiba-tiba semua orang terhenyak dengan keberadaanya dan dengan jajak kepahlawananya yang mulia.

Semoga Allah merahmatimu wahai Abu Mua’adz serta menerima amal jihadmu dan mengumpulkanmu bersama para syuhada, para nabi, para Sadiqin dan orang-orang shaleh lainya. Serta mudah-mudahan Allah mengaruniakan kesabaran kepada keluarga, saudara seperjuangan dan setiap orang yang mencintaimu. Mudah-mudahan Allah memuliakanmu dengan syafa’at dan menaungimu pada saat tidak ada nauangan kecuali nauangan Allah. (pi/asy)

Nenek Pertama Pelaku Mati Syahid
Hj, Fatimah Al-Najjar
[ 04/06/2007 - 01:56 ]

COMES-Aku persembahkan jiwa raga ini untuk Allah, Palestina dan Al-Aqsha. Aku berharap Allah dapat menerima amal ibadahku ini. Aku juga berkorban demi para tawanan Palestina. Selanjutnya aku sampaikan salam untuk Abul Abad (Haneya) dan Al-Dhaif (Komandan AL-Qossam).

Perkataan terakhir inilah yang disampaikan Syahidah Hj Fatimah Al-Najjar (57 tahun). Ia mengakhiri hidupnya dengan pengorbanan dan kecintaan pada negerinya. Sebagaimana Ia telah menanamkan kecintaaan mati syahid pada anak-anaknya, beberapa saat sebelum ia betemu dengan Tuhannya, ketika ia meledakan dirinya di tengah serdadu Israel di Beth Hanon, Jalur Gaza.

Ummu Muhammad Fatimah Al-Najar adalah nenek pertama yang melakukan operasi mati syahid. Ia adalah salah satu sekian banyak dari para ibu yang sering kali menyaksikan pembantaian terhadap anak-anaknya, kehormatanya dirusak, rumahnya dihancurkan, pepohonannya ditumbangkan dibawah pantauan masyarakat dunia yang membisu.

Maka dengan keberanian yang membaja ia tampil membela negaranya dan mendahului para syuhada lainya.

Ummu Muhmmad teleh mengorbankan jiwa dan raganya di jalan Allah setelah sebelumnya ia serahkan rumahnya menjadi korban kemarahan serdadu Israel pada intifadhah yang lalu. Padahal rumah tersebut adalah tempat perlindungan para pengungsi Palestina yang diusir dari tanah airnya oleh Israel. Ia juga telah merelakan anak-anaknya menjadi tawanan mendekam di penjara-penjara Israel.

Dalam penuturannya Ummu Muhammad menyampaikan, operasi jihadnya ini adalah bagian kecil dari sejumlah operasi jihad lainya, yang akan segera dilakukan oleh para mujahid dan mujahidah Palestina. Tunggulah pembalasan Al-Qossam yang akan mengguncangkan wilayah kalian dengan idzin Allah. Jalur Gaza akan menjadi kuburan kalian, wahai para pengecut Israel.

Fatimah AL-Najar atau dikenal dengan nama Ummu Muhammad adalah ibu dari tujuh anak laki-laki dan dua anak perempuannya. Ia telah bergabung dengan barisan para pelaku syahid lainya. Ia telah mampu meluluhlantakan pengepungan Israel terhadap lebih dari 70 mujahid di Masjid Al-Nasher Beth Hanon.

Salah seorang anaknya menuturkan, ibunya selalu mengikuti aksi demo yang dilakukan oleh gerakan Hamas, disamping itu, ia juga ikut dalam berbagai kegiatan social lainya. Ia telah mendidik anak-anaknya untuk senantiasa berpegang pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Ia juga selelu berdo’a kepada Allah agar diberi kesempatan mati syahid.

Dalam salah satu pesan terakhirnya, Ummu Muhammad menyebutkan, dirinya telah menyerahkan jiwa dan raganya untuk Allah, Negeri Palestina dan Al-Aqsha.

Dan dalam rekaman yang disebarkan salah satu media Islam, Ummu Muhammad berkata, saya meminta kepada Allah agar dikumpulkan dengan para syuhada di Surga Naim. Aku juga berdo’a semoga Allah memberikan hidayah kepada anak-anakku dan membimbingnya ke masjid. Aku meminta kepada keluargaku agar membagi-bagikan makanan ketika mendengar kabar kesyahidanku. Sampaikanlah salamku pada Abu Abdi, Isamel Haneya, perdana menteri Palestina dan Muhammad Al-Dhaif, komandan tingi Izzuddin al-Qossam dan kepada para syuhada lainya.

Dengan operasi jihadnya ini, Ummu Muhammad telah menciptakan legenda perlawanan yang dilakukan para wanita Palestina, dengan tekad keimananya yang sangat kuat melebihi semua tentara dan singgasana.

Dunia dan seisinya lebih kecil menurut pandanganya dari pada membiarkan negara tetap terjajah, warganya teraniaya oleh musuh Israel laknatullah


As-Syahid Nabil
[ 04/06/2007 - 01:40 ]

“Apakah ibu ridlo padaku ?” itulah kalimat terkahir yang diucapkan Asy-Syahid Nabil Abdirrahman sesaat sebelum ia meninggalkan kehidupan fana ini. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Rafidia Nablus.

Tentara Mujahid

Nabil Khatir lahir di kampong Baruqain dekat Salvet tanggal 25/2/1979. Sebegaimana keluarga Mujahid lainya, Nabil Khatir terkenal dengan ketakwaan dan keshalehanya. Ia adalah putra bungsu dari lima saudara laki-laki dan enam saudara perempuanya. Tentunya ia punya sipat-sipat yang tidak dimiliki oleh saudara-saudaranya yang lain, sebagai anak paling kecil di rumah tersebut. Namun ia lebih memilih tinggal di rumahnya saja.

Nabil mengecap pendidikan dasar dan menengah di kampungnya di Barqoin dan berhasil memperoleh ijzah jurusan ilmu alam.

Dari daftar hasil studinya tergambar ia seorang yang cerdas, pintar dan giat dalam belajar. Sejak kecil memang ia dididik secara islami. Keluarganya terkenal sebagai orang yang taat beragama. Sejak masih anak-anak ia sudah dikenalkan dengan masjid dan pendidikan jihad. Tak jarang ia bersinggungan dengan tentara Israel, ketika pasukan zionis dengan bengisnya menghancurkan rumahnya saat menggerebak dan menangkap suadaranya, terutama pada intifadhah pertama.

Dalam hatinya tumbuh kecintaan pada negaranya dan kebencian yang mendalam pada penjajahan.

Setelah ia lulus dari sekolah menengah umum ia kemudian melanjutkan ke Universitas Kholil jurusan pertanian pada tahun 1998. Saat itu di Palestina terjadi pergolakan terutama di Tepi Barat akibat perjanjian Madrid yang berlanjut ke perjanjian Oslo yang dinilai merugikan bangsa Palestina.

Ketika itu Nabil bergabung dengan madrasah jihad dan perlawanan. Ia masuk pada kelompok Islam, wahana pembentukan para laki-laki dan pabriknya para pahlawan. Nabil lalu masuk pada level komandan dan memenangkan pemilihan pada pemilu mahasiswa. Akan tetapi, jabatan tersebut tidak membuat Nabil kenyang akan kecintaannya terhadap Islam. Ia akhirnya memutuskan untuk keluar dari fakultas pertanian dan berpindah ke fakultas Syari’ah untuk memantapkan pemahaman agamanya.

Kebisuan Negara Arab dan mendulnya pemerintahan mereka, dalam menghadapi kejahatan Israel, membuat Nabil merasa sedih dan semakin terkoyak perasaanya. Pada saat yang sama Zionis Israel semakin menyengsarakan rakyat. Maka tak heran bila semangat untuk membela dan melindungi sesamanya semakin kencang di sisi lain kerinduannya terhadap syahadah makin membuncah dalam jiwanya.

Hatinya yang lembut tak rela melihat pemerintahan Islam begitu lemah dalam melindungi Al-Aqsha. Dorongan untuk segera mendapatkan mati syahid tidak mengendurkan untuk membela saudaranya, walau sesibuk apapun.

Maka puncak cita-citanya dalam menggapai syahadah ia bergabung dengan brigade Izzudin Al-Qossam. Bersama Izzudin lah ia melakukan berbagai operasi penyerangan, penambakan dan pengeboman terhadap tentara musuh.

Pada malam ke sepuluh dari bulan Pebruari tahun 2000, sebelum intifadhah al-Aqsha meletus. Nabil beserta sejumlah temanya mempersiapkan operasi pengeboman terhadap jantung permukiman Israel dan kota-kota yang berada di bawah jajahanya.

Sebagaimana layaknya orang yang melakukan operasi syahid, sebelum Nabli menuju permukimin Israel di Ariel, ia membungkus badanya dengan bom dan granat. Kedua tanganya pun menggenggam dua buah granat yang siap diledakan.

Kecintaanya pada syhahadah melebihi gelegar granat ketika meledak. Namun Allah ternyata berkehendak lain, bom yang dipasang di badanya ternyata keburu meledak sebelum waktunya.

Namun inilah mungkin hikmah dibaliknya. Nabil diberi kesempatan oleh Allah untuk dapat bertemu untuk terakhir kali dengan ibunya tercinta, sebelum ia menghadap sang Kuasa, Allah, yang sangat dicintainya melebihi apapun di dunia ini. Mushhaf Al-Qur’an yang tidak pernah terlepas dari genggamanya ikut menemani saat-saat terakhir. Allah telah memelihara hati yang suci itu dengan Al-Qur’an yang selalu dibawa dan dibaca oleh Nabil. Ia ridho terhadap apa yang terjadi. Ia dapat beristirahat dengan tenang menuju peristirahatan panjang.

Sebelum pergi, ia sempat bertemu dengan ibunya yang sangat dicintainya. Dengan senyum menghiasi bibirnya, ia berusaha menenangkan hati ibunya yang selama ini mencintai dan mengasishinya. Dengan berlinangan air mata, ibunya melihat Nabil berbaring tak berdaya di atas tempat tidur dan menciuminya. Ibunya bertanya, “Apakah ada yang sakit wahai anakku?” Nabil menjawab, “Tenanglah wahai ibuku, tidak ada yang sakit sedikitpun, namun.., apakah ibu ridho padaku saat ini ….??.

Dengan hati terkoyak melihat keadaan anaknya, sambil mengusap air matanya yang tak henti-hentinya mengucur deras dari kedua matanya yang mulia, ibunya berkata, “Tentu wahai anakku …. Allah saja ridlo padamu, jika Tuhanku ridlo maka hatikupun tentu akan sangat ridlo. Nabil minta ibunya untuk menyampaikan salam pada saudara-saudaranya yang tak dapat menyaksikan Nabil karena dihalangi pasuka keamanan yang menjaga sekeliling rumah sakit untuk memeriksa kejadian sebenarnya.

Beberapa saat kemudian pasukan keamanan masuk memaksa ibunda Nabil meninggalkan anaknya yang sedang membaca ayat-ayat Allah. Sedetik kemudian anaknya menutup mata untuk terakhir kalinya, walau bibirnya masih nampak bergerak-gerak mengucap dzikir pada Allah.

Dengan langkah gontai ibunya keluar dari ruangan tersebut, namun kini hatinya dipenuhi dengan kesabaran dan ketenangan, walau air matanya tak henti berurai paling tidak untuk saat ini. (pi/asy)

Basyari Wahsyi
[ 04/06/2007 - 01:28 ]

Baru kemarin, Bisyri Al-Wahsy mendapat penghargaan dari sekolah menengah Al-Zahra, karena kesungguhan dan ketekunan belajarnya. Hari berikutnya ia mendapatkan penghargaan dari langit dengan diangkat ruhnya menemui sang Khaliq Azizil Muqtadir. Maka ia telah pindah dari orang-orang yang unggul di dunia menuju orang-orang yang kekal di akhirat dalam rahmat.

Sekolah khusus perempuan Al-Zahra baru saja memberikan penghargaan pada siswi Basyari sebagai bintang pelajar di sekolahnya. Ia mendapatkan penghargaan sebagai siswi teladan pada pesta akhir tahun ajaran yang dipercepat karena Basyari bersama teman-teman yang lainya akan menghadapi ulangan umum. Maka diadakanlah pesta kenaikan kelas bagi murid-murid menengah umum yang dihadiri oleh murid-murid menengah umum.

Pada hari ini, mereka juga berkumpul di rumah Basyari, bukan untuk mengadakan pesta akhir tahun, namun untuk mengucapkan salam perpisahan bagi Basyari yang sebentar lagi akan menemui Khaliqnya. Perpisahan ini diirngi oleh isak tangis dan pandangan sedih para gurunya. Sebagaimana manusia biasa dan sebagai perempuan lain, guru-gurunya pun tak mampu menahan derasnya air mata yang jatuh mengiringi kepergian siswi teladan di sekolahnya. Hari ini, basyari menjadi pembicaraan orang banyak, hari ini, semua orang mengenangnya. Kepergian yang secara tiba-tiba tanpa peringatan sebelumnya.

Ibunda Basyari yang duduk di tengah puluhan ibu-ibu lainya, tak kuasa menahan kesediihan mengenang anaknya tercinta. Ia masih mengucapkan kata-kata terakhir yang dikatakan anaknya, ketika ia mendengar suara tembakan Israel. Ibunda Basyari melepas anaknya dengan guyuran air mata yang tak pernah kering sejak anaknya tertembak oleh peluru Israel.

Ketika serdadu Israel menyerang rumahnya, ia memaksa anaknya agar cepat-cepat keluar dari rumahnya. Ketika ia mendengar suara tembakan Israel ia berteriak pada anaknya agar menjauhi suara tembakan tersebut. Akan tetapi ia tidak menjawabnya. Tatkala serdadu Israel menyuruh ia keluar bersama anaknya yang kedua Sakinah ia mendapatkan Basyari telah keluar duluan dan terkapar berlumuran darah. Ia berusaha meminta serdadu Israel agar bisa mendekati anaknya. Akan tetapi serdadu tersebut menolaknya. Dan ketika ia pulang ke rumah ternyata ia anak tercintanya sudah meninggal.

Adapun sakinah adiknya masih memegang buku kakaknya yang masih berlumuran darah. Buku tersebut adalah yang dipegang kakaknya ketika ia melihat apa yang terjadi di luar dan tertembus peluru bersama tubuhnya yang suci.

Adapun Sakinah, adik Basyari setelah rasa sedihnya hilang dan begadang samalaman. Ia mulai bisa melupkan kesedihanya dan bisa bercakap-cakap dengan semua orang, menceritakan kejadian lengkapnya.

Sementara itu, rumah Naji Wahsyi, ayahanda Basyari dipenuhi siswi-siswi menangah dan ratusan ibu-ibu yang berkumpul sejak mendengar Basyari tertembak oleh pasukan Israel.

Hari ini, semua menangis, hari ini adalah hari wanita, hari kesedihan wanita, hari pengorbanan seorang wanita yang disaksikan oleh para wanita. Sepanjang pemandangan dipenuhi wanita. Semuanya mencucurkan air mata. Memang benar sejumlah ibu-ibu berusaha menenangkan dan menghibur ibunda Basyari agar tidak terus menerus menangis, namun mereka sendiri tak kuasa menahan genangan air mata yang terus menerus memaksa ingin keluar dari kelopok matanya masing-masing. Semuanya tak kuasa menahan tangis. Tetapi semuanya bero’a semoga Allah menerima arwah Basyari di sisiNya dan keluarga yang ditinggalkan mendapat kesabatan dan ketabahan, hasbunallah wani’mal wakil…… selamat jalan Basyari… (pic/asy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar